Sangatlah benar bahwa sebagian besar wilayah lautan dalam masih menjadi misteri bagi manusia. Inilah yang mendorong lahirnya proyek-proyek ambisius seperti Seabed 2030. Proyek ini mengklaim telah menjelajahi sekitar 6% dari lautan dalam.
Namun, laporan terbaru justru mengungkapkan fakta yang mencengangkan: hanya sekitar 0,001% dari lautan dalam yang benar-benar telah diselami oleh manusia. Ini berarti, lautan dalam Bumi menyimpan begitu banyak rahasia yang belum terungkap. Perlu dipahami, lautan dalam merujuk pada wilayah laut dengan kedalaman lebih dari 200 meter.
Seperti yang dilansir dari Liputanku, guna mengukur sejauh mana lautan belum dieksplorasi, sebuah tim peneliti menganalisis data dari 43.681 ekspedisi kapal selam yang dilakukan oleh 14 negara di 120 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan perairan internasional. Berdasarkan data yang ada, tim tersebut memperkirakan bahwa mereka mencakup antara 2.130 dan 3.823 kilometer persegi dasar laut secara visual. Angka ini hanya setara dengan 0,001% dari total luas dasar laut.
Perlu dicatat, data ini pun dianggap kurang representatif. Pasalnya, sebagian besar ekspedisi terfokus di ZEE yang berjarak 370 kilometer dari Amerika Serikat, Jepang, dan Selandia Baru. Bahkan, kelima negara – Amerika Serikat, Jepang, Selandia Baru, Prancis, dan Jerman – bertanggung jawab atas lebih dari 97% kegiatan eksplorasi tersebut.
"Sampel yang kecil dan bias ini menjadi masalah serius ketika kita mencoba mengkarakterisasi, memahami, dan mengelola lautan global," tegas para penulis dalam makalah yang dipublikasikan di jurnal Science Advances.
Lebih lanjut, tim peneliti menekankan bahwa upaya yang jauh lebih besar diperlukan untuk memetakan seluruh dasar laut. Tingkat pengamatan saat ini baru mencapai 3 kilometer persegi per tahun. Bahkan jika ada 1.000 platform pengamatan, masing-masing mempertahankan tingkat yang sama, dibutuhkan lebih dari 100.000 tahun untuk menyelesaikan pemetaan tersebut.
"Perkiraan ini menggambarkan bahwa kita memerlukan perubahan mendasar dalam cara kita menjelajahi dan mempelajari lautan dalam global," imbuh para penulis.
Lautan dalam memegang peranan penting dalam berbagai aspek, termasuk produksi oksigen di planet kita dan regulasi iklim. Molekul berharga yang diperoleh dari makhluk laut dalam, seperti spons, telah dimanfaatkan dalam dunia medis, dan potensi penemuan lainnya masih sangat besar.
Sudah jelas bahwa apa yang tersembunyi di lautan dalam sangat berharga untuk dipelajari dan dilindungi. Ironisnya, pengetahuan kita tentangnya masih sangat minim. Tim peneliti menyoroti bahwa otomatisasi dapat menjadi solusi kunci untuk mencapai tujuan tersebut, karena dapat menurunkan biaya secara signifikan.
Kesimpulannya, masih banyak misteri yang belum terpecahkan mengenai apa yang ada di lautan dalam Bumi. Bahkan, untuk mencapai angka 1% saja belum terwujud. Penelitian dan observasi yang lebih mendalam sangat dibutuhkan untuk memahami rahasia yang tersimpan di dalam lautan luas.